grow up or just get bigger?

Mau nyampah lagi aah. Tapi mau straight to the point deh ya. Senin kemarin lusa itu, 25 Maret ya tepatnya, di kelas pembiakan entah gimana ceritanya temen sebelah sebut saja mawar tiba-tiba tanya : “kapan kita bisa dikatakan dewasa?”

Lah?

Mungkin ada hubungannya dengan pembiakan tanaman juga, karena tanaman dibiakkan untuk didewasakan #apasihMan

dauntua

Kalau tanaman itu semakin bertumbuh semakin dewasa ya, sementara manusia tumbuh terus tapi belum tentu semakin dewasa, atau dewasa karena tuntutan semata?

Mayoritas sih yang terakhir. Harus dewasa karena usia menginjak kepala dua, walaupun belakang angka dua masih nol. Harus dewasa karena udah nggak pantes bermanja-manja. Harus dewasa karena jauh dari orangtua. Harus dewasa karena…

Kalau secara hukum di negara tercinta Republik Indonesia, usia dewasa dimulai dari kartu tanda pengenal di tangan (baca : 17 tahun). Kalau menurut agama saya, yang dewasa itu yang bisa memilah mana yang dilarang dan mana yang diperintahkan. Mana yang sunnah, wajib, makruh, mubah.

Kalau kata yang suka romantis-romantisan :

Perfect maturity is when a person hurts you and you try to understand their situation and don’t hurt them back.

jadi kalau disakitin diem aja gitu? Cupu. Mungkin bukan gitu juga maksudnya. Mungkin, sebelum bicara karma, nyerocos nama hewan, habisin tisu, kita liat dulu latar belakang dia melakukan tindakan yang menyakitkan tersebut apa. Lhawong proposal penelitian aja harus ada latar belakangnya. Iya ini efek TPI sih.

Kalau kata orang bijak :

Maturity is not when we start speaking big things…it is when we start understanding small things.

Dan jujur, saya setuju sama yang ini. Sering nggak sih kita bicara mengubah bangsa, memberantas korupsi, memimpin aksi, tapi pas ujian nyontek? #eeh. Padahal uts itu tergolong ‘small things’ kan ya dibanding memberantas koruptor?

yaudahsihMan

kalau kata si abang Harry Styles nih ya : “age is just a number, maturity is a choice”

pas jaman kecil dulu, saya rajin pakai bahasa Jawa halus alias Krama Inggil. Mungkin karena faktor lingkungan juga, dulu masih di Ngawi yang notabene pakai bahasa jawa halus. Kemudian pindah ke Jombang dan akhirnya hancurlah krama inggil saya. Di mata saya, Amanda 18 tahun lalu, secara bahasa dan tatakrama, lebih dewasa daripada Amanda yang sekarang lagi ngetik gak jelas dengan bahasa acak adut.

Adek saya si Evi, usia 8 tahun, mau ngapa-ngapain berdoa; masuk kamar mandi keluar kamar mandi, mau tidur bangun tidur, mau makan selesai makan, mau belajar selesai belajar. Dan doanya selalu lengkap persis yang tertulis di buku hafalan doa-doa. Saya? Selesai makan paling cuma ‘alhamdulillah’.

Sekarang dewasaan mana saya sama Evi?

Evi pernah saya bilangin untuk nggak buang sampah di jalan beberapa tahun lalu, dan sampai sekarang—semoga seterusnya—dia ingat dan nggak pernah buang sampah tidak di tempat sampah. Seberapa sering kita lihat orang lagi di mobil/angkot tiba-tiba plung sampah melayang? Pasti pas kecil orang itu entah siapa juga pernah dibilangin sama guru, kakak, atau orangtuanya untuk nggak buang sampah sembarangan, ya kan?

In my opinion sih ya, anak-anak kecil ini yang baca doa lengkap, datang ke sekolah selalu tepat waktu, selalu ngerjain tugas-tugas, jauh lebih dewasa daripada saya yang baca doa cuma bismillah alhamdulillah, datang ke kelas mepet bahkan telat, tugas dikerjain ntar aja lalalala.

Kan katanya dewasa itu tau mana yang bener dan salah?

Tau sih tau, tapi teori biasanya memang lebih gampang dari praktiknya.

Terus dewasa apa dong ya?

Hahaha bingung juga yah. Harusnya tanya tetangga sebelah ini yang IKK. Hihi.

Tapi kalau tanaman sih, biasanya kalau tanaman sudah dewasa itu naungannya mulai dikurangin. Ini efek dari calon topik penelitian juga -_-

Terus tadi kata Pak Edi, tanaman yang udah dewasa itu kebutuhan airnya lebih sedikit daripada tanaman muda.
Terus?

Mungkin kalau dihubung-hubungin sama manusia ya, dengan dasar ilmu kira-kira (lagi)

Semakin dewasa manusia itu semakin dikit perlindungannya. Coba dulu ingat pas SD sebelum magrib harus udah masuk rumah, sekarang? Paling orangtua cuma ngingetin jangan pulang kemalaman, tapi seringnya mereka nggak benar-benar tau kita nyampe kosan jam berapa. Semakin dikit kan ke-protektif-an orangtua? Ibaratkan aja orangtua itu naungan kita. Semakin dewasa juga lama-lama kita harus lepas dari orangtua. Entah dalam hal financial non-financial. Dari sekarang aja kita udah mulai dikit-dikit ngumpulin receh sendiri, entah dari beasiswa, ikutan lomba, kerja kecil-kecilan. Kebutuhan ‘air’ kita juga makin dikurangin ntar ke depannya.

Apa kita udah dewasa?

Buat saya sih belum ya. Saya pribadi sih jauh dari dewasa. Tapi mungkin nggak salah lah ya kalau bilang ‘on my way to perfect maturity’ 😛

Dan definisi ‘perfect maturity’ itu sendiri jelas beda-beda tiap orang, ya kan ya. 😀

Dan katanya sih, orang yang dewasa itu yang nggak pernah lupa gimana jadi anak kecil. Nahlho.

Yang jelas, menurut saya dewasa itu bukan berarti jadi dewa. Bukan yang tau segalanya. Bukan yang paling bener dan anak kecil itu salah.

Atau mungkin sebenernya nggak ada definisi pasti. Mungkin di satu sisi kita lebih dewasa daripada anak TK, dan di balik koin yang menghadap ke kita, anak TK punya caranya sendiri untuk ‘jadi’ dewasa, cara yang lebih sederhana. Who knows.


Leave a comment